Memahami Teks
Eksemplum Putri Tangguk - Teks eksemplum memuat cerita fiksi yang
diceritakan penulis dengan diakhiri pandangan penulis terhadap peristiwa dan
kejadian yang dialami pelaku dan diharapkan akan menjadi pesan moral.
Mengidentifikasi teks eksemplum merupakan kegiatan mengenali teks tersebut.
Mengidentifikasi teks eksemplum sangat penting dilakukan agar pemahaman tentang
teks itu semakin bertambah. Pada tulisan ini kita akan mencoba mengidentifikasi
teks eksemplum khususnya pada unsur kebahasaannya. Pada teks “Putri Tangguk”
yang menjadi model pembelajaran. Selain itu, diharapkan lebih memahami teks
eksemplum, baik struktur maupun unsur kebahasaannya. Teks eksemplum yang menceritakan
kehidupan seorang wanita serta keluarganya. Teks eksemplum yang digunakan
sebagai model dalam pembelajaran ini berjudul “Putri Tangguk” yang sudah diolah
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. Sebagai sebuah teks sastra, teks “Putri
Tangguk” sangat menarik untuk dipelajari karena pesan moral yang disampaikan
penulis sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Agar kamu dapat memahami teks
eksemplum, bacalah teks “Putri Tangguk” berikut dengan teliti. Pahami makna dan
istilah yang ada di dalamnya!
Alkisah, di Desa Bunga
Tanjung ada seorang perempuan tua yang mempunyai huma. Humanya tidak begitu
luas, hanya seluas tangguk penangkap ikan, tetapi hasilnya melimpah ruah. Putri
Tangguk nama perempuan itu. Ia memiliki tujuh orang anak. Pada suatu malam, Putri
Tangguk dan suaminya sedang berbincang-bincang tentang masa depan keluarganya.
Ketika itu, ketujuh anak mereka sudah tidur dengan pulas. “Wahai Kakanda”, kata
Putri Tangguk kepada suaminya sambil menghela napas panjang. “Kita telah
bekerja terus-menerus dan tidak henti-henti menuai padi. Hamba merasa sangat
lelah.
Memahami Teks Eksemplum Putri Tangguk |
Anak-anak kita pun tidak terurus lagi. Lihatlah anak-anak
kita yang tidak pernah lagi berdandan. “Ya,” jawab suaminya sambil duduk! Kalau
itu keinginan Dinda, Kanda tidak akan berhuma lagi karena ketujuh lumbung padi
sudah penuh. Hujan yang turun malam itu sangat lebat membuat suasana tempat
tinggal Putri Tangguk semakin sunyi. Keesokan harinya, pagi yang masih dingin
tidak menghalangi niat Putri Tangguk dan suaminya pergi ke sawah untuk menuai
padi. Pekerjaan itu biasa mereka lakukan setiap pagi demi memenuhi kebutuhan
keluarga. Jalan menuju huma yang mereka tuju sangat licin sehingga Putri
Tangguk beserta suami dan anak-anaknya sering tergelincir. Bahkan, anakanaknya
ada juga yang terjatuh. Perempuan setengah baya itu tampak kesal.
“Jalan licin!”
terdengar Putri Tangguk menyumpah. “Hari ini kita tidak perlu lama bekerja. Padi
yang tertuai kita tumpahkan di jalan ini sebagai pengganti pasir. Besok kita
masih dapat menuai padi,” kata Putri Tangguk sambil menggerutu. Hari itu mereka
cepat kembali ke rumah. Padi yang sudah tertuai, mereka taburkan di sepanjang jalan
yang mereka lalui. Mereka berharap jalan yang selalu mereka lalui tidak licin
lagi.
Keesokan malam anak
Putri Tangguk terbangun dan menangis meminta nasi untuk makan. Putri Tangguk pergi
ke dapur untuk mengambil nasi. Ketika tutup periuk dibuka, Putri Tangguk terkejut
karena tidak ada nasi di dalamnya. Kemudian, ia berjalan menuju lumbung yang
digunakan untuk menyimpan beras dan padi.
Ia sangat terkejut ketika melihat lumbung itu kosong.
Dengan setengah berlari, Putri Tangguk menuju lumbung yang lain.
Ia semakin terkejut karena di dalam ketujuh lumbung padi yang dimilikinya tidak
ada sebutir beras atau padi pun. Setelah menyampaikan apa yang ditemuinya itu
kepada suaminya, Putri Tangguk dan suaminya bergegas berangkat menuju huma mereka.
Akan tetapi, mereka sangat terkejut karena tidak sebatang padi pun ada di huma
mereka. Dalam keadaan sedih, Putri Tangguk pulang ke rumah. Kesedihannya
semakin bertambah ketika mendengar tangisan anak-anaknya yang kelaparan. Putri Tangguk
jatuh miskin akibat kesombongannya dengan menabur dan membuang-buang padi semaunya
di jalan yang dilewatinya. Sebagai ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, manusia tidak boleh
sombong dan angkuh. Manusia tidak boleh menghamburhamburkan kekayaannya karena
semuanya merupakan anugerah dan titipan Sang Pencipta. Putri Tangguk yang pada mulanya
sangat kaya jatuh miskin karena kesombongan dan keangkuhannya. Ia tidak
mensyukuri kekayaan yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Setelah membaca teks “Putri Tangguk” di atas,
dapatkah kamu memahami makna teks tersebut? Untuk mengetahui pemahamanmu,
jawablah pertanyaan berikut!
- Siapakah tokoh utama dan tokoh pendamping di dalam teks “Putri Tangguk”?
- Apakah kebiasaan yang dilakukan oleh Putri Tangguk dan suaminya setiap hari?
- Apakah yang dimaksud dengan lumbung dan huma?
- Apakah fungsi dan manfaat lumbung bagi keluarga Putri Tangguk?
- Apakah yang membuat Putri Tangguk sedih hampir menangis?
- Mengapa Putri Tangguk menyebarkan padi hasil humanya di jalan yang dilewatinya?
- Mengapa Putri Tangguk dan keluarganya jatuh miskin?
- Pada paragraf berapa ditemukan informasi umum tentang tokoh yang dibicarakan?
- Pada paragraf berapa pula kamu dapat menemukan insiden yang terjadi pada tokoh dalam teks tersebut?
- Bagaimana dengan paragraf terakhir teks tersebut? Apa pesan yang ingin disampaikan oleh penulis?
Setelah membaca teks “Putri Tangguk” dan menjawab pertanyaan
di atas, kamu tentu dapat memahami isinya. Kamu belum tentu dapat memahami isi teks
tersebut apabila ditulis dalam bahasa lain, misalnya teks itu ditulis dalam bahasa
asing atau bahasa daerah. Oleh karena itu, kamu harus mensyukuri keberadaan
bahasa Indonesia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia.
Rasa syukur itu dapat kamu tunjukkan dengan cara menggunakan dan menjaga bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Jika teks “Putri Tangguk” di atas dicermati lebih
mendalam, kamu akan menemukan bagian-bagian yang memperlihatkan bangunan teks
yang terdiri atas orientasi, insiden, dan interpretasi. Orientasi merupakan
bagian awal teks yang membicarakan Putri Tangguk selaku tokoh utama dalam teks
tersebut. Insiden merupakan peristiwa yang berisi persoalan yang dihadapai oleh
Putri
Tangguk di dalam kehidupannya. Insiden yang dialaminya
menjadi deretan persoalan yang akhirnya akan memberikan konsekuensi terhadap
langkah yang ditempuhnya. Reaksi individu tokoh utama yang timbul akibat
peristiwa yang dialami berisi pesan moral yang tidak terkait dengan tokoh
utama, tetapi terkait dengan pendengar atau pembaca yang menjadi partisipan.
Oleh karena itu, insiden ini disebut juga komplikasi. Sementara itu,
interpretasi merupakan evaluasi dan akibat terhadap pilihan yang dilakukan
Putri Tangguk sehingga memberi pembelajaran pada dirinya. Bagian ini merupakan
pandangan penulis terhadap peristiwa dan kejadian yang dialami pelaku dan
diharapkan akan menjadi pesan moral bagi partisipan. Bagian-bagian tersebut
merupakan struktur teks eksemplum seperti yang tampak pada bagan berikut.
Untuk mengetahui pemahamanmu tentang struktur teks
eksemplum,
kerjakanlah tugas berikut!
- Cermati lagi teks eksemplum “Putri Tangguk” di atas! Dapatkah kamu menentukan atau menyebutkan bagian teks yang menceritakan tentang pengenalan pelaku (tokoh), peristiwa dan masalah yang dialami pelaku, serta interpretasi penulis terhadap kejadian atau peristiwa yang dialami pelaku?
- Samakah bagian yang kamu tentukan tadi dengan struktur teks yang ada di dalam tabel di bawah ini? Bagaimanakah dengan peristiwa yang termasuk ke dalam bagian-bagian yang kamu temukan itu?
- Apakah inti peristiwa sama dengan kalimat yang ditebalkan dalam tabel di bawah ini?
Struktur Teks
Orientasi
Kalimat Dalam Teks
Alkisah, di Desa Bunga Tanjung ada seorang perempuan tua
yang mempunyai huma. Humanya tidak begitu luas, hanya seluas tangguk penangkap
ikan. tetapi hasilnya melimpah ruah. Putri Tangguk nama perempuan itu. Ia memiliki
tujuh orang anak.
Struktur Teks
Insiden
Kalimat Dalam Teks
Pada suatu malam, Putri Tangguk dan suaminya sedang
berbincang-bincang tentang masa depan keluarganya. Ketika itu, ketujuh anak mereka
sudah tidur dengan pulas. “Wahai Kakanda”, kata Putri Tangguk kepada suaminya
sambil menghela napas panjang. “Kita telah bekerja terus-menerus dan tidak henti-henti
menuai padi. Hamba merasa sangat lelah. Anak-anak kita pun tidak terurus lagi. Lihatlah
anak-anak kita yang tidak pernah lagi berdandan. “Ya,” jawab suaminya sambil duduk.
“Kalau itu keinginan Dinda, Kanda tidak akan berhuma lagi karena ketujuh
lumbung padi sudah penuh”. Hujan yang turun malam itu sangat lebat membuat
suasana tempat tinggal Putri Tangguk semakin sunyi. Keesokan harinya, pagi yang
masih dingin tidak menghalangi niat Putri Tangguk dan suaminya pergi ke sawah
untuk menuai padi Pekerjaan itu biasa mereka lakukan setiap pagi demi memenuhi
kebutuhan keluarga. Jalan menuju huma yang mereka tuju sangat licin sehingga Putri
Tangguk beserta suami dan anak-anaknya sering tergelincir. Bahkan, anakanaknya
ada juga yang terjatuh. Perempuan setengah baya itu tampak kesal. “Jalan licin!”
terdengar Putri Tangguk menyumpah. “Hari ini kita tidak perlu lama bekerja.
Padi yang tertuai kita tumpahkan di jalan ini sebagai pengganti pasir. Besok
kita masih dapat menuai padi,” kata Putri Tangguk sambil menggerutu. Hari itu
mereka cepat kembali ke rumah. Padi yang sudah tertuai, mereka taburkan di
sepanjang jalan yang mereka lalui. Mereka berharap jalan yang selalu mereka
lalui tidak licin lagi. Pada suatu malam anak Putri Tangguk terbangun dan
menangis meminta nasi untuk makan. Putri Tangguk pergi ke dapur untuk mengambil
nasi. Ketika tutup periuk di buka, Putri Tangguk terkejut karena tidak ada nasi
di dalamnya. Kemudian, ia berjalan menuju lumbung yang digunakan untuk
menyimpan beras dan padi. Ia sangat terkejut ketika melihat lumbung itu kosong.
Dengan setengah berlari, Putri Tangguk menuju lumbungnya yang lain. Ia semakin terkejut
karena di dalam ketujuh lumbung padi yang dimilikinya tidak sebutir beras atau
padi pun yang ditemuinya. Setelah menyampaikan apa yang ditemuinya itu, Putri Tangguk
dan suaminya bergegas berangkat menuju huma mereka. Akan tetapi, mereka sangat
terkejut karena tidak sebatang pun padi ada di huma mereka. Dalam keadaan
sedih, Putri Tangguk pulang ke rumah. Kesedihannya semakin bertambah ketika
mendengar tangisan anak-anaknya yang kelaparan. Putri Tangguk jatuh miskin
akibat kesombongannya dengan membuang-buang padi semaunya di jalan yang
dilewatinya.
Struktur Teks
Interpretasi
Kalimat dalam Teks
Sebagai ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, manusia tidak boleh
sombong dan angkuh. Manusia tidak boleh menghambur-hamburkan kekayaannya karena
semuanya merupakan anugerah dan titipan Sang Pencipta. Putri Tangguk yang pada
mulanya sangat kaya jatuh miskin karena kesombongan dan keangkuhannya. Ia tidak
mensyukuri kekayaan yang telah diberikan Tuhan kepadanya.
4) Sebutkan dan tulislah tokoh yang dijadikan pelaku utama
dalam pada bagian orientasi! Setujukah kamu dengan pernyataan bahwa penulis
tidak menyampaikan kelebihan atau keistimewaan yang dimiliki tokoh tersebut!
Berikan alasan jika kamu setuju atau tidak setuju! Saya setuju karena
............................................................... Saya tidak setuju
karena ......................................................
- Bagaimana dengan bagian insiden? Apakah kamu setuju dengan pernyataan bahwa penulis hanya menyampaikan satu peristiwa atau insiden yang dialami tokoh utama? Berikan alasamu jika kamu setuju atau tidak setuju! Saya setuju karena .............................................................. Saya tidak setuju karena ..................................................... Menurut kamu, berapakah peristiwa penting tokoh yang dapat kamu temukan pada bagian insiden teks “Putri Tangguk” di atas? Tulislah peristiwa penting tersebut ke dalam format berikut!
- Pada bagian interpretasi penulis menyatakan bahwa manusia tidak boleh sombong dan angkuh. Setujukah kamu dengan pernyataan tersebut? Berikan alasanmu jika kamu setuju atau tidak setuju! Saya setuju karena ............................................................... Saya tidak setuju karena ......................................................[kb]